Invisible

You told me that I changed, and you don’t know who I am anymore, and I believe you. You don’t know who I am because you never took the time to comprehend and appreciate me. You glanced at me daily…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




GULMA PADA TANAMAN KEDELAI

DAFTAR ISI

Pada umumnya dipandang dari manfaat yang didapat, tumbuhan dibagi menjadi dua yaitu, tanaman yaitu tumbuhan yang menguntungkan dan dibudidayakan dan tumbuhan yang merugikan. Tumbuhan yang menguntungkan yaitu tumbuhan yang dibudidayakan oleh manusia atau sengaja untuk ditanam karena mempunyai nilai ekonomis yang menjanjikan. Sedangkan tumbuhan yang merugikan atau tumbuhan yang tidak dikehendaki dalam dunia pertanian disebut gulma (weed). Apa itu gulma? menurut (Mangoensoekardjo, 1983) Gulma berada banyak dilingkungan kita dan terdapat banyak jenisnya, apalagi di lahan pertanian gulma sangat mengganggu dan dapat menurunkan produktivitas bagi tanaman atau tumbuhan utama. Secara fisik gulma bersaing dengan tumbuhan utama dalam hal pemanfaatan ruang, cahaya, dan secara kimiawi dalam hal pemanfaatan air, nutrisi, gas-gas penting dalam proses allelopati. Persaingan dapat berlangsung bila komponen yang dibutuhkan oleh gulma atau tanaman utama berada pada jumlah yang terbatas, jaraknya berdekatan dan bersama-sama dibutuhkan (Arie & Arifin, 1994)

Selain memberikan pengaruh negatif, tanaman yang dapat tergolong gulma juga mampu memberikan pengaruh positif yang menguntungkan bagi manusia. Keuntungan tersebut antara lain mampu menyerap unsur hara tanah pada lapisan yang sangat dalam atau dapat berfungsi sebagai pemompa unsur hara dari lapisan yang dalam ke permukaan sehingga dapat tersedia bagi tanaman budidaya, berfungsi sebagai perangkap parasit tanaman (preferensinya), sebagai habitat musuh alami hama (sebagai sumber pengayaan spesies), mencegah timbulnya erosi, sumber pakan ternak, sumber obat tradisional, bahan pestisida alami, sebagai tanaman hias, sebagai bahan sayuran bagi manusia, dan sebagai bahan baku biogas.

Batasan gulma bersifat teknis dan plastis. Teknis, karena berkait dengan proses produksi suatu tanaman pertanian. Keberadaan gulma menurunkan hasil karena mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi. Plastis, karena batasan ini tidak mengikat suatu spesies tumbuhan. Gulma merupakan salah satu kendala utama usahatani di lahan pasang surut. Gulma, yang merupakan pesaing tanaman dalam pemanfaatan unsur hara, air, dan ruang, ditaksir ada sekitar 120 jenis. Sebagian gulma juga menjadi tempat hidup dan tempat bernaung hama dan penyakit tanaman, serta menyumbat saluran air.

Ketika herbisida digunakan untuk mengendalikan gulma,herbisida tersebut mampu mengendalikan dengan efektif maka biaya yang digunakan akan mahal. Biaya investasi akan cepat habis dan menjadi tidak realistis. Introduksi musuh alami gulma adalah strategi yang sering digunakan untuk mengendalikan gulma pada areal yang sangat luas. Namun tingkat keberhasilan penggunaan musuh alami hanya 30%.

Pengambilan topik dikarenakan banyaknya masalah yang terjadi terhadap petani tentang gulma yang tumbuh diperkebunan kedelai. Gulma juga merupakan salah satu masalah besar atau permasalahan yang sering dihadapi setiap petani kedelai. Bagi petani gulma cukup banyak merugikan bagi tanamannya karena gulma yang merupakan pesaing tanaman dalam pemanfaatan unsur hara, air, dan ruang. Topik ini patut dibahas karena banyaknya permasalahan yang dihadapi petani karena keberadaan gulma yang sangat merugikan khusunya pada tanaman kedelai.

Penelitian tentang gulma sudah cukup banyak dilakukan oleh peneliti yang ingin membantu para petani dalam memecahkan masalah terhadap gulma yang cukup menggangu pertumbuhan tanaman kedelai yang telah dilakukan oleh para petani.

Salah satu bahan pangan yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia adalah kedelai (suprapto, 2002) menyatakan bahwa kedelai merupakan sumber protein nabati dengan kadar protein sekitar 40% serta mengandung kalsium, fosfor, besi, vitamin A dan B yang berguna untuk tubuh manusia. Disamping memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, kedelai juga mengandung cukup banyak asam amino esensial yakni Isoleucine, Leucine, Lycine, Methionine, Phenylalanine, Threonine, Triptophane, dan Valine. Produksi kedelai Indonesia sampai saat ini belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga Indonesia harus mengimpor kedelai sebanyak 1,7 juta ton pada tahun 2012. Rendahnya produktivitas kedelai di Indonesia antara lain disebabkan oleh faktor alam, biotik, teknik budidaya serta fisiologi tanaman kedelai. Budidaya tanaman kedelai sangat tergantung pada beberapa faktor diantaranya ketersediaan air dan juga kompetisi dengan gulma (purwanto & agustono, 2010). Guna mendukung upaya tersebut diperlukan ketersediaan benih varietas unggul dalam jumlah yang cukup dan bermutu baik. Program pemuliaan kedelai diarahkan untuk menghasilkan varietas unggul baru yang dapat dikembangkan pada agroekosistem dan sistem pertanaman tertentu.

Dalam hal sifat keunggulan tanaman kedelai adalah ketahanan terhadap alelopati gulma yang dominan pada saat awal pertumbuhan. Fase perkecambahan, pertumbuhan vegetatif maksimum merupakan fase peka terhadap cekaman gulma . (Inawati, 2000)penurunan hasil panen diduga karena adanya kompetisi antara tanaman dengan gulma dan adanya allelopati. Derajat kompetisi yang terjadi antara tanaman dan gulma dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain varietas dan jenis gulma. Jenis gulma yang tumbuh dominan dan sangat kompetitif pada lahan kering diantaranya adalah gulma teki (Cyperus rotundus L.) dan Ageratum conyzoides. Gulma teki sangat merugikan, karena selain merugikan dalam menggunakan ruang hidup juga mempunyai penghambat tumbuh yang dilepas ke lingkungan. Inawati (2000) melaporkan bahwa keberadaan gulma teki pada pertanaman kedelai dapat menurunkan komponen produksi tanaman diantaranya jumlah polong isi dan bobot 100 butir. Gulma yang sering dijumpai di pertanaman kedelai dan termasuk kategori noxious weed (gulma berbahaya dan sangat merugikan) serta sulit dikendalikan oleh herbisida maupun penyiangan. Besarnya kerugian atau kehilangan hasil yang diakibatkan oleh gulma berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman tergantung dari jenis tanaman, jenis gulma dan faktorfaktor pertumbuhan yang mempengaruhinya. Kehilangan panen atau hasil akibat gulma pada tanaman budidaya ditentukan efisiensi kompetisi antara tanaman dan gulma, jenis gulma, tingkat kesuburan tanah, varietas, alelopati, pengelolaan air, jarak tanam, kepadatan gulma dan cara tanam.

Salah satu senyawa penghambat tumbuh tanaman tersebut adalah fenol yang terdapat pada daun dan umbi. Hasil penelitian lainnya dilaporkan bahwa senyawa alelopati juga dapat merusak dan menghambat pertumbuhan tanaman penghasil senyawa alelopati itu sendiri yang disebut dengan autotoksik. Senyawa alelopati yang dihasilkan oleh gulma bersifat racun dapat terjadi di tanah melalui beberapa cara: eksudasi atau eksresi dari akar, volatilasi dari daun yang berupa gas melalui stomata, larut atau leaching dari daun segar melalui air hujan atau embun, larut dari serasah yang telah terdekomposisi, dan transformassi dari mikroorganisme tanah. Pada umumnya konsentrasi senyawa alelopati yang berasal dari leaching daun segar jauh lebih rendah dibandingkan yang berasal dari serasah yang telah terdekomposisi. Senyawa alelopati dapat dikelompokkan pada 5 jenis, yaitu : 1.Asam fenolat, 2. Koumarat, 3. Terpinoid, 4. Flafinoid, dan 5. Scopulaten (penghambat fotosintesis). Sebagian besar senyawa alelopati yang dihasilkan melalui eksudat akar adalah berupa asam fenolat.

Banyak spesies gulma menimbulkan kerugian dalam budi daya tanaman yang berakibat pada berkurangnya jumlah dan kualitas hasil panen. (Rice, 1984) (Inawati, 2000)mencatat 59 spesies gulma yang memiliki potensi alelopati. Inderjit dan Keating (1999) melaporkan 112 spesies gulma, bahkan Qasem dan Foy (2001) menambahkannya hingga 239 spesies. Selain itu, Qasem dan Foy (2001) mencatat 64 spesies gulma yang bersifat alelopati terhadap gulma lain, 25 spesies gulma yang bersifat autotoxic/autopathy, dan 51 spesies gulma aktif sebagai antifungi atau antibakteri. Jenis gulma yang memberikan pengaruh negatif alelopati pada tanaman berkontribusi pada berkurangnya jumlah dan kualitas panen tanaman melalui alelopati dan juga kompetisi sarana tumbuh. Berbagai kajian fisiologi dari senyawa alelopati menunjukkan peranannya yang penting dalam mempengaruhi aktivitas pemanjangan dan pembelahan sel, fotosintesis, respirasi, permeabilitas membran, pembukaan stomata, penyerapan ion mineral serta metabolisme protein dan asam nukleat (Qasem & Foy 2001). Pengukuran aktivitas fotosintesis tanaman indikator terhadap suatu senyawa tunggal alelopati tertentu menunjukkan adanya pengurangan laju fotosintesis. Senyawa alelopati dari Cucumis sativus yang diujikan pada tanaman yang sama meningkatkan aktivitas enzim peroksidase dan superoksida dismutase dari akar, mengurangi konduktansi stomata dari daun, mengurangi laju transpirasi, serta menurunkan laju asimilasi bersih. Melaporkan bahwa mekanisme kerja senyawa alelopati antara lain berkaitan dengan sintesis asam amino (sintesis glutamina, aspartat aminotransferase), sintesis pigmen (sintesis asam livulenat (ALA), fungsi plasma membran (H+-ATPase, NADH oksidase), fotosintesis (CF1 ATPase), sintesis lipid (Asetil- CoA transiklase, 3oksoasil-ACP sintesis, seramida sintase), dan sintesa asam nukleat (RNA polymerase, adenosilsuksinat sintase, AMP deaminase, isoleusil-t-RNA sintase).

Ukuran benih kedelai yang berbeda (besar, sedang dan kecil) mengandung jumlah makanan cadangan berbeda, ukuran yang semakin besar akan mempengaruhi pertumbuhan kecambah kedelai. Jumlah benih yang diperlukan tergantung kepada ukuran benih, jarak tanam dan daya tumbuhnya. Untuk kedelai yang benihnya berukuran kecil dengan bobot 100 benih antara 7 -10g diperlukan benih sekitar 35–40 kg per hektar. Untuk benih kedelai berukuran sedang dengan bobot 100 benih antara 11–15g diperlukan benih sekitar 40–45 kg per hektar. Sedangkan untuk benih berukuran besar dengan bobot di atas 15 g diperlukan benih sekitar 45–50 kg per hektar (Roesmiyanto dkk, 1999). Bentuk dan besar biji bervariasi tergantung varietasnya Upaya peningkatan produktivitas dapat ditempuh melalui perbaikan varietas, perbaikan teknik budidaya dan menekan kehilangan hasil melalui perbaikan sistem panen dan pasca panen. Peningkatan intensitas tanam dengan menanam kedelai berturut-turut kurang baikkarena ada efek alelopati dari gulma terhadap tanaman kedelai. Gulma dapat merugikan karena menyebabkan penurunan kuantitas dan kualitas hasil panen. Penurunan kuantitas hasil panen yaitu pengurangan jumlah hasil yang dapat dipanen dan penurunanjumlahindividutanamanyangdipanen. Ukuran benih kedelai yang berbeda (besar, sedang dan kecil) mengandung jumlah makanan cadangan berbeda, ukuran yang semakin besar akan mempengaruhi pertumbuhan kecambah kedelai.

Jumlah benih yang diperlukan tergantung kepada ukuran benih, jarak tanam dan daya tumbuhnya. Untuk kedelai yang benihnya berukuran kecil dengan bobot 100 benihantara 7 10g diperlukan benih sekitar 35–40 kg per hektar. Untuk benih kedelai berukuran sedang dengan bobot 100 benih antara 11–15g diperlukan benih sekitar40–45kg perhektar,sedangkan untuk benih berukuran besar dengan bobot di atas 15 g diperlukan benih sekitar 45–50 kg per hektar (Roesmiyanto, Suyanto, F. Kasijati, R. Endah , & Sri Yuniastuti, 1999). Bentuk dan besar biji bervariasi tergantung varietasnya. Kehadiran gulma pada pertanaman akan menimbulkan kompetisi yang sangat serius dalam mendapatkan air, hara, cahaya matahari dan tempat tumbuh, dampaknya hasil tanaman tidak mampu menunjukkan potensi yang sebenarnya. Secara umum dapat dikatakan bahwa besarnya pengaruh kompetisi dengan gulma sangat ditentukan oleh lokasi atau kesuburan tanah, tanaman budidaya, jenis gulma, tingkat kelembaban tanah, tingkat pengelolaan lahan, pupuk, stadia tanaman, dan tingkat populasi gulmanya (O, Kuntohartono T, & Mangoensoekardjo, 1986). Menurut Utomo dkk (1986), biaya tenaga kerja untuk penyiangan gulma bisa mencapai 65% dari totalbiayaproduksi.Besarnya kerugian atau kehilangan hasil yang diakibatkan oleh gulma berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman tergantung dari jenis tanaman, jenis gulma dan faktor-faktor pertumbuhan yang mempengaruhinya. Menurut Madkar dkk, (1986) kehilangan hasil akibat gulma pada tanaman budidaya ditentukan oleh efisiensi kompetisi antara tanaman dan gulma, jenis gulma, tingkat kesuburan tanah, varietas, alelopati, pengelolaan air, jarak tanam, kepadatan gulma dan cara tanam. Banyak spesies gulma menimbulkan kerugian dalam budidaya tanaman yang berakibat pada berkurangnya jumlah dan kualitas hasil panen. Ada catatan 59 spesies gulma yang memiliki potensi alelopati. Inderjit dan Keating melaporkan 112 spesies gulma, bahkan (Qasem & Foy, C.L, 2001)menambahkannya hingga 239 spesies. Selain itu, Qasem dan Foy (2001) mencatat 64 spesies gulma yang bersifat alelopati terhadap gulma lain, 25 spesies gulma yang bersifat autotoxic/autopathy, dan 51 spesies gulma aktif sebagai antifungi atau antibakteri. Jenis gulma yang memberikan pengaruh negatif alelopati pada tanaman berkontribusi pada berkurangnya jumlah dan kualitas panen tanaman melalui alelopati dan juga kompetisi sarana tumbuh.

Walaupun telah dikenal beberapa cara pengendalian gulma antara lain secara budidaya, fisik, biologis dan kimiawi serta preventif, tetapi tidak satupun cara-cara tersebut dapat mengendalikan gulma secara tuntas. Untuk dapat mengendalikan suatu species gulma yang menimbulkan masalah ternyata dibutuhkan lebih dari satu cara pengendalian. Cara-cara yang dikombinasikan dalam cara pengendalian secara terpadu ini tergantung pada situasi, kondisi dan tujuan masing-masing, tetapi umumnya diarahkan agar mendapatkan interaksi yang positif, misalnya paduan antara pengolahan tanah dengan pemakaian herbisida, jarak tanam dengan penyiangan, pemupukan dengan herbisida dan sebagainya, di samping cara-cara pengelolaan pertanaman yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Arie, & Arifin. (1994). Pelindung Tanaman, Hama, Penyakit dan Gulma. Surabaya: Usaha Nasional.

Inawati, L. (2000). Pengaruh jenis gulma terhadap pertumbuhan, pembentukan bintil akar dan produksi kedelai. Bogor: IPB.

Mangoensoekardjo. (1983). Pengendalian Gulma Diperkebunan. Yogyakarta: Kanisus.

O, M. R., Kuntohartono T, & Mangoensoekardjo. (1986). Masalah Gulma Dan Cara Pengendaliannya. Himpunan Ilmu Gulma Indonesia. Bogor: Erlangga.

purwanto, & agustono. (2010). Kajian Fisiologi Tanaman Kedelai pada Cekaman Kekeringan dan Berbagai Kepadatan Gulma Teki. Agrobisnis , 24–28.

Qasem, J., & Foy, C.L. (2001). Weed Allelopathy, Its ecological impact and future prospects. Journal of Crop Production 4, 43–119.

Rice, E. (1984). Allelopath. New York: Academic press.

Roesmiyanto, Suyanto, F. Kasijati, R. Endah , & Sri Yuniastuti. (1999). Paket Teknologi Budidaya Kedelai Spesifik Lokasi Di Jatim. Malang: BPTP.

suprapto. (2002). bertanam jagung. jakarta: penebar swadaya.

Mudjono, dkk.1991. hama Penting Tanaman Pangan. Malang: Brawijaya

Univercity

Add a comment

Related posts:

Gary Player On Translating Mastery In Golf Into Mastery Of Your Life

How do you become world-class at something? Do you find yourself building a career as a soloist? Have you faced adversity and don’t know how to move past it? Struggle to find time to improve your…

Can Marijuana Save Us From The Opioid Crisis?

According to Centers for Disease Control and Prevention, “deaths from opioids have quadrupled since 1999, killing more than 42,000 people in 2016", and currently more than 115 people overdose from…

A Story About Lost Love

Tomorrow I may never see what lies between him and me surely I want to know and in a moment I would go. If everything was just so simple but we live in a world where hardship is tripled. If I was…